Partai Sarikat Indonesia: PKB Gus Dur Eksodus ke PSI

Partai Sarikat Indonesia: PKB Gus Dur Eksodus ke PSI






[+/-] Selengkapnya...

Minyak dan Gas


Pagi kemarin saya harus bersepeda ke sebuah toko teman saya di pinggiran kota Bondowoso. Seorang ibu sepuh (tua) mengendong anak lebih kurang umur 2,5 tahun yang saya perkirakan adalah cucunya. Membawa botol minuman mineral besar (1 ltr), Ibu sepuh itu terlihat sangat bahagia setelah mendapatkan (membeli) 1 botol minyak tanah.
Yang menjadi perhatian saya kebagian ibu sepuh tadi terlihat sangat bahagia di "hari ibu" ini.

Setelah saya tanyakan ada beberapa hal yang bikin ibu sepuh tadi bahagia.

1. Hari ini saya bisa membeli minyak tanah, setelah 1 minggu yang lalu (1 botol????)
2. Saya telah berjalan lebih kurang 3 km, menggendong cucu saya dan menemukan toko yang dapat menjual minyak tanah.
3. Dengan minyak tanah yang 1 botol ini saya mungkin lebih beruntung dibanding tetangga-tetangga saya yang lain.
4. Hari ini cucuku bisa makan telor goreng kesukaannya.
5. Hidupku lebih ringan!!!
6. Aku bertemu kader Partai PSI!!
Ibu yang bahagia tadi menggambarkan betapa kebijakan publik sangatlah berpengaruh pada kebahagiaan banyak orang. Kebijakan publik lebih berpengaruh dari pada berpikir bagaimana meningkatkan pendapatan (penghasilan) hidup sehari-hari.
Kebahagiaan masyarakat tidak terletak berapa banyak yang harus diperoleh masyarakat, tetapi cukuplah masyarakat itu dapat dengan mudah mendapatkan kebutuhannya dengan mudah.
Kebijakan konversi minyak tanah ke gas sangatlah berpengaruh bagi kehidupan masyarakat. Saya sangat ingat sekali ketika bapak wakil presiden kita Jusuf Kalla mengatakan "kebjakan konversi minyak ke gas ini sangat berpihak untuk rakyat kecil". Sekarang saya dapat merasakan sendiri betapa menderitanya rakyat kita dengan sulitnya mendapatkan minyak dan gas di bumi kaya minyak ini, betapa sedihnya melihat orang-orang yang harus antri untuk mendapatkan minyak dan gas. Demikian pilu kehidupan masyarakat ini hingga ada lapang kerja baru yaitu JOKY ANTRIAN MINYAK dan GAS, yang merupakan dampak aneh dari kebijakan pemerintah yang ngak jelas.
Pernah Saya mencoba untuk antri gas di tempat saya, ternyata banyak dampak yang saya alami, misalkan :
1. Waktu, yang seharusnya saya bisa gunakan waktu bekerja yang lain.
2. Tenaga, dimana saya merasa capek dan lapar dalam 3 jam atri.
3. Uang, selain harga minyak yang harus saya beli saya harus mengeluarkan biaya lain-lain: becak, makanan kecil anak saya.

Kesimpulan :
1. Banyak orang menderita karena sulitnya mendapat Minyak dan Gas.
2. Suatu kebijakan akan banyak berpengaruh dalam kehidupan seseorang.
3. Kebijakan tidak dilihat dari bagaimana cara menyampaikannya, tetapi bagaimana sampai pada bagian terkecil kebijakan tersebut.

Hikmah :
1. Marilah kita selalu bersyukur terhadap apa yang telah kita miliki, jangan menengadah tapi menunduklah dalam melihat.
2. Jangan banyak bicara kalau tidak bermanfaat, berkarya dan memberi contoh baik merupakan teladan, minimal untuk keluarga kita.
3. Saling membantu dan bersilaturrahmi, dapat meringankan beban psikologis, dan cara berfikir kita.
4. Kita harus selalu ingat dan sadar akan kemungkinan kesalahan-kesalahan yang pernah kita kerjakan.
5. Dapat membantu orang lain adalah nikmat Allah yang dapat langsung kita rasakan.
6. Janganlah Sombong dan Angkuh dalam menjalani kehidupan dunia.
7. Sampaikan ilmu-mu walau sedikit, nanti akan kau dengarkan do'a-do'a bahagia dari orang yang merasa manfaat dari ilmu yang kau sebarkan.

Mudah-mudahan sedikit tulisan ini akan bermanfaat.
Salam hangat dari keluaga mentari untuk semua pembaca.


[+/-] Selengkapnya...

Malam-malam Antar Bapak ke Dokter Jantung

Hari ini jam 1 malam saya baru pulang dari mengantar Bapak saya yang sedang sakit jantung ke Dokter di Kota Jember, lebih kurang 35 km dari rumah saya. Dan menurut dokter kadar gula Bapak sudah mencapai 510 (sangat tinggi), hingga mengenai jantung.
Mudah-mudahan kami sekeluarga diberi kesehatan dan keselamatan baik di dunia dan di akhirat. Alllahumma Amin.

Dengan sakitnya Bapak ini saya mengingatkan kepada saya pribadi dan teman-teman semua untuk selalu bersyukur terhadap kesehatan yang telah banyak kita nikmati, berbuat yang berkontribusi untuk orang banyak, memberi adalah sesuatu yang indah dan nikmat.
Mudah-mudahan sedikit cerita ini akan bermanfaat untuk mengingatkan kita atas kesehatan kita dan keluarga.
Mohon do'a kesehatan untuk Bapak dan Keluarga saya!!!!
Jazakumullah Khairon Khasiro!!

[+/-] Selengkapnya...

CALEG YANG SELALU DIBURU

Saya adalah caleg dari salah satu partai politik di Indonesia (emangnya di amerika), saya adalah orang biasa aja, setiap hari kerja di sebuah bengkel, ketika ada teman mengajak saya jadi Calon Legislatif di Kabupaten saya bertanya pada diri saya, apakah cocok saya bekerja sebagai Legislatif atau tetap seorang bengkel yang dapat bermanfaat langsung bagi konsumen-konsumen saya!!!!.

DPR/Legislatif untuk sementara saya bilang sebuah pekerjaan yang harus diburu dengan memeras keringat dan mungkin dana!!!!!.
Saya berfikir kalau saya mengikuti nafsu dan indahnya CALEG mungkin modal bengkel saya yang hanya 10 Juta ini habis dan kalau saya ngak duduk di kursi tsb maka habislah saya, hilanglah pekerjaanku.
Tapi begini................
Saya ikuti sampai seberapa jauh tanggapan masyarakat khusunya disekeliling saya mau mendorong dan memberi dukungan kepada saya pribadi. Meskipun saya juga agak ngeri/takut jika nantinya amanah datang pada diri saya namun keyakinan Allah akan memberi amanah dan cobaan selama orang tersebut mampu menghadapinya.
Sekarang saya masuk Daftar Calon Tetap dan harus berjuang sesuai kapabilitas dan keilmuan saya serta kepribadian yang ada.
Mungkin kritik, dukungan dan saran-saran bagi kaum berilmu disini akan banyak membantu.
(cerita akan berlanjut)


[+/-] Selengkapnya...

Keluarga Mentari


Saya M. Syamsu YW, dan Isteri saya Henny Hanafiah, dua anak saya Muh. Rafi Widianto (5th) dan Nadia Nisa Adilla (3,5Th) Belajar hidup dan menjalani hidup dengan merasa lebih baik dari hari kemarin membuat kita lebih dapat mensyukuri apa yang pernah dan sedang kita lalui.

[+/-] Selengkapnya...

DIARY CALEG


Hanya cerita sedikit tentang kegiatanku kemarin yang harus mendatangi undangan bulanan RT dimana aku bekerja. Kebetulan ngak ada informasi yang agak penting jadi Bapak RT mempersilahkan aku untuk menyampaikan sesuatu tentang caleg (kampanye gratis nich). Sebenarnya perasaan ngak enak, abis harusya acara masalah RT jadi saya harus kampanye.
Alhamdulillah saya dapat sedikit memperkenalkan diri dan cerita sedikit tentang maksud pencalonan diri saya. Oya perlu diketahui yang hadir juga ada senior kita yang masih duduk di anggota dewan (sekarang).
Tanggapan OK, dukungan dari khususnya yang sepuh-sepuh (dalam lingkungan RT) sudah positif. Mungin hari ini aku dapat tambahan suara 50 suara baru. (ha..ha.. berhitung terus!!!).
Saya tulis ini hanya sebagai catatan dan untuk menambah semangat saya dalam memperbaiki Blog ini. terima kasih.

[+/-] Selengkapnya...

Partai Sarikat Indonesia (43)


DEWAN PIMPINAN CABANG BONDOWOSO
PARTAI SARIKAT INDONESIA
Sekretariat : JL. RE. Martadinata 68, Bondowoso, Telp/Fax. 0332-428656




RahardjoTjakraningrat
Kiprah Politik Bermoral

Ketua Umum Partai Sarikat Indonesia (PSI) ini berpendapat untuk bisa melepaskan bangsa ini dari krisis multidimensional dibutuhkan pemimpin baru yang memiliki kriteria jujur, jati dirinya jelas, kehidupannya mapan, memiliki semangat kewirausahaan tinggi, sebagai manajer yang menguasai public administration, juga harus dekat dengan rakyat. PSI melihat bahwa Siswono Yudo Husodo bisa memenuhi syarat itu secara keseluruhan, sehingga ditetapkan sebagai Calon Presiden Pemilu 2004.

Seluruh DPD PSI Oktober 2003 sepakat mengusung nama Siswono sebagai calon residen Pemilu 2004. Partai inilah pertama kali yang menyatakan secara tegas dan resmi menjadikan Siswono sebagai satu-satunya Capres dari PSI.

Siswono yang kuliah di ITB Bandung sudah dikenal Rahardjo semenjak masa kuliah di Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FH-UI), sebab Siswono yang ketika itu berpacaran dengan Ratih Gondokusumo (yang kemudian menjadi istrinya) adalah adik kelas Rahardjo di FH-UI. Semasa kuliah mereka sudah sering bertemu.




Sementara Rahardjo sendiri sedari awal diangkat menjadi Ketua Umum PSI tahun 2002, sudah menyatakan sikap untuk tidak mencalonkan diri menjadi presiden, tidak mau masuk dalam kabinet, tidak pula ikut menjadi calon anggota legislatif. Dia hanya bertekad membesarkan PSI supaya menjadi partai yang modern.

Dia memilih akan menjadi oposisi agar lebih bebas mengkritisi setiap kebijakan pemerintah secara konstruktif. Kendati, Siswono kelak yang terpilih menjadi presiden. Dia tetap akan berada di luar struktur pemerintahan untuk segera teriak jika Siswono tidak konsisten atau lupa pada platform perjuangan.

Pria kelahiran Jombang 12 Februari 1943 ini boleh dikata adalah seorang pendatang baru yang patut diperhitung-kan dalam dunia perpolitikan nasional. Konstruksi pemikiran dan solusi yang dia tawarkan atas pemecahan permasalahan bangsa masih jernih. Bicaranya ceplas ceplos tanpa tedeng aling-aling tanpa tendensi dan interest pribadi. Terkadang kuping tidak kuat mendengar kekritisannya sebab dia menganalisa persoalan bangsa begitu tajam.

Dalam dua tahun terakhir dia adalah ketua umum sebuah partai Islam tertua di Indonesia, PSII (Partai Syarikat Islam Indonesia). Dia mau bersedia menjadi ketua partai itu setelah menjalani istiqoroh selama beberapa hari berturut-turut.

Dia sebelumnya telah sukses dalam bisnis telekomunikasi, hingga pernah dipercaya sebagai orang swasta pertama menjabat komisaris PT Telekomunikasi Indonesia Tbk tahun 2000-2002. Bahkan, sebelumnya dia pernah dua kali menerima Penghargaan Adikarya Pembangunan Bidang Telekomunikasi dari Pemerintah RI tahun 1996 dan 1997.

Rahardjo, anak kelima dari enam bersaudara adalah keturunan ningrat, berdarah biru, dari seorang ayah asal Madura. Namun jika berbicara nadanya sudah sangat kental dengan logat Betawi. Ayah lima orang anak dan kakek dari beberapa orang cucu ini hidup beristrikan Sobah Murad wanita asal Jakarta bercampur sedikit darah Arab. Dalam membangun terminologi, paradigma dan sudut pandang tajam dan jelas.

Misalnya, ketidakinginannya masuk dalam struktur pemerintahan melainkan menjadi oposisi adalah agar bisa lebih independen mengkritisi kebijakan pemerintah. Sistem pemerintahan Indonesia yang presidensial belakangan ini menjadi banci. Sebab banyak tokoh partai yang tak mau melepaskan jabatan ketua dan sekjen partai masuk dalam kabinet. Dalam keadaan ini maka sudah tidak bisa lagi dibedakan antara pengontrol dan pemerintahan. Sebab tokoh partai yang harusnya mengawasi jalannya pemerintah telah menjadi anggota pemerintahan itu sendiri.

Seharusnya sesuai sistem pemerintahan presidensil maka siapapun calon presiden yang menang pemilu apakah itu menang tipis dengan perbedaan hanya satu atau dua suara, maka wajib dipercayakan kepadanya membentuk pemerintahan tanpa harus berkoalisi. Yang kalah dipersilakan menjadi oposisi dan jangan mengikutkan kadernya dalam kabinet, jadilah menjalankan fungsi kontrol terhadap pemerintahan agar check and balances.

Berbeda jika partai PSI tampil sebagai pemenang mutlak pemilu maka adalah tugas pemenang menyusun kabinet. “Tapi, belum tentu pengurus partai duduk di situ, termasuk saya, belum tentu. Mungkin, kita akan ambil kader-kader bangsa, putra-putra bangsa terbaik, kan banyak yang profesional,” kata Rahardjo. Dia akan tetap sebagai ketua umum sebab dari awal masuk partai dia tidak berkeinginan menjadi penjabat.

“Saya disuruh menjadi penjabat saya nggak suka. Apaan penjabat, bedanya cuma satu huruf dengan penjahat. Penjabat salah sedikit jadi penjahat, buat apa. Udah itu dikawal-kawal kemana-mana ah.… Saya lebih menghargai kebebasan dalam hidup saya. Makanya dari dulu saya tidak mau ditarik grupnya Tommy, ditarik grupnya Bimantara, ditarik grupnya Tutut, saya nggak pernah mau. Kenapa, karena saya nggak mau dibudakin,” terang Rahardjo dalam dialek Betawi yang kental.

Konsisten membina partai, menyiapkannya menjadi partai kader yang berprospek baik bermasa depan bagi anak muda, adalah sebab utama dia tidak mau menjadi caleg PSI. “Dari 258 caleg PSI hanya 13 yang merupakan pengurus partai,” jelasnya lagi.
Dia bertekad betul hanya mau menjalankan kiprah politik yang baik-baik, yang bermoral, walau itu dianggap orang banyak sesuatu yang masih tidak lazim di negeri ini.

Ingin Perubahan
Dia yang sesungguhnya adalah pengusaha yang sejak tahun 1967 sudah sukses menggeluti dagang usaha telekomunikasi, terjun ke politik melalui cara yang unik. Berawal dari omong-omong dengan Ketua Umum Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII), Taufik Cokroaminoto di tahun 1998. Taufik pernah memintanya untuk membantu PSII duduk sebagai salah seorang ketua. Permintaan membantu dia amini namun tawaran duduk sebagai pengurus teras partai dia tolak, sebab memang tidak menaruh minat ke politik.

Sepenggal kepeduliannya terhadap politik yang pernah diperlihatkannya hanyalah tatkala arus reformasi menggelinding begitu kuat di tahun 1998. Dia membangun sembilan dapur umum menyiapkan logistik buat para mahasiswa di gedung DPR/MPR Senayan yang sedang berdemonstrasi. Kemudian berlanjut ke Pemilu 1999 dia banyak mengeluarkan uang dari kocek sendiri untuk menyiapkan kaos dan bendera PDI-P agar partai ini bisa memenangkan pemilu.

Yang terbersit di hatinya ikhlas membantu arus reformasi sederhana saja, ingin melihat perubahan baru terjadi di republik ini. Perubahan memang drastis terjadi tapi serba absurd. Gedung DPR/MPR yang pernah menjadi gelanggang bagi kekuatan reformasi berkumpul telah berubah menjadi arena politik dagang sapi. Sebelum menjadi anggota parlemen, beberapa kawannya di partai-partai politik sering digelari bersepatu miring sebab kehidupannya masih turun naik bis kota, masih sering minta dan meminjam duit, dan rumah ngontrak. Namun baru dua tahun saja menginjak Senayan mereka sudah mempunyai mobil mewah, rumah mentereng satu-dua buah, kekayaannya bahkan sudah melebihi pengusaha.

Setelah Taufik Cokroaminoto meninggal dunia dengan wasiat agar pengurus PSII mencari Rahardjo Tjakraningrat apabila terjadi sesuatu hal terhadap partai. Maka, tahun 2002, tak kurang 10 pengurus PSII, menemui Rahardjo dan mendaulatnya menjadi ketua umum PSII. Dengan berbagai cara dia mengelak hingga berbulan-bulan. Namun setelah melalui istiqoroh selama tiga hari berturut-turut dan menjelang subuh di hari ketiga akhirnya dia diberi tanda dalam bayangannya muncul dua kalimat syahadat yang sekelabat melintas. Dari pengurus PSII dia akhinya mengetahui bahwa dua kalimat syahadat itu adalah lambang PSII.

Berdasarkan petunjuk itulah dia mau memulai kiprah politik memimpin PSII, membangun pondasi dan infrastruktur partai, melakukan konsolidasi dan kaderisasi partai, mencoba membangun koalisi baru dengan partai-partai kecil lain agar bisa lolos mengikuti Pemilu 2004. Bersama berbagai tokoh puncak partai-partai yang tak lolos electoral threshold pada Pemilu 1999, dia berhasil menggagas “Deklarasi Bogor” pada 13 Desember 2002. Salah satu isinya, memunculkan nama baru Partai Sarikat Indonesia (PSI) sebagai kendaraan politik menuju Pemilu 2004. Tak lama kemudian, 17 Desember 2002 pendirian PSI resmi dideklarasikan di Surabaya, Jawa Timur sebagai sebuah entitas partai politik baru berazaskan Pancasila.

Berdarah Biru
Rahardjo Tjakraningrat lahir di Jombang, Jawa Timur 12 Februari 19043 sebagai anak kelima dari enam bersaudara. Ayahnya yang asal Madura adalah berdarah biru, keturunan Tjakraningrat IV yang selalu diuber-uber Belanda. Mereka selalu hidup berpindah-pindah untuk menghindari kejaran Belanda. Karena itu dari mereka enam bersaudara, empat laki-laki dan dua perempuan, tidak ada satupun yang sama tempat lahirnya. Ada yang lahir di Banyuwangi, Bondowoso, Situbondo, Pasuruan, Jombang, dan Sumba. Adek bungsunya, Sumbawati, lahir di Sumba Nusa Tenggara Timur, mengikuti tempat pembuangan ayahnya yang akhirnya bisa tertangkap Belanda. Waktu pembuangan itu, Rahardjo masih kanak-kanak berusia tujuh tahun.

Memasuki usia remaja, Rahardjo tergolong bandel yang suka berkelahi. Sikap itu mengikuti kultur pendidikan dan pengajaran ayahnya yang bergaya Madura. Ia diajar harus berani. Jika pulang ke rumah dengan muka bengkak sehabis kalah berkelahi, ayahnya akan memaksa mengantarnya kembali menghadapi lawan mainnya untuk berkelahi ulang. “Jadi, kalau saya berkelahi sama yang lebih besar yang saya tahu saya pasti kalah, saya nggak berani bilang, saya ngumpat, kalau nggak saya disuruh berkelahi,” kenangnya.

Walau keturunan ningrat, ia melihat ayahnya sangat merakyat, sehingga tak suka menggunakan gelar bangsawannya. Gelar itu dianggap feodal. Ia sendiri baru berani menggunakan nama Tjakraningrat setelah ayahnya meninggal dunia.
Penelusuran kepastian sejarah darah biru itu baru berhasil dia ketemukan dua tiga tahun terakhir. Semasa hidup ayahnya tidak pernah menjelaskan soal asal usul darah birunya itu secara terbuka.

Rahardjo memasuki pendidikan FH-UI tahun 1966 sekedar mengikuti keinginan ayahnya yang hakim militer. Bersama teman-temannya di UI dalam satu geng, Rahardjo yang suka berkelahi pernah aktif mengganyang CGMI. Namun, ketika geng-nya itu mulai ikut-ikutan menyerang pribadi Bung Karno, dia berhenti dan keluar. Rahardjo sadar, bisa menikmati pendidikan tinggi dan alam kemerdekaan adalah hasil perjuangan Bapak Bangsa Bung Karno.

Kemudian Rahardjo mulai aktif berdagang. Dagang apa saja, nyatut sana nyatut sini, termasuk memanfaatkan posisinya sebagai Ketua Grup Diskusi Mahasiswa UI Rayon Menteng yang banyak beranggotakan gadis-gadis cantik Menteng, Jakarta Pusat. Dengan perusahaan Berdikari yang banyak diisi kakak-kakak kelasnya Rahardjo banyak berbisnis DO (delivery order), misalnya barang pecah-belah, atau mesin tik. Masih lajang namun sudah banyak duit, ia pun jadi malas meneruskan kuliah.

Sejak tahun 1969, ia resmi memasuki dunia bisnis dan fokus hanya di bidang telekomunikasi. Dalam setiap perusahaan yang didirikan bersama kawannya, Rahardjo selalu memilih menjadi pemilik saham terkecil, misalnya 30:70, atau 40:60. Namun, kendali perusahaan harus selalu dia pegang sebagai direktur utama agar mudah mencari proyek. Sedangkan urusan keuangan dipercayakan sepenuhnya kepada partner. Dia selalu fokus di telekomunikasi. Pernah suatu ketika dia melakukan diversifikasi usaha di Belitung Tourism, Bangka Belitung, namun hasil yang dia petik adalah uang berhamburan tak karuan modal hilang tak kembali. Pengalaman itu mengajarnya untuk tak beranjak dari telekomunikasi.

Organisasi telekomunikasi seperti Asosiasi Perusahaan Nasional Telekomunikasi (Apnatel) dan Masyarakat Telematika (Mastel) berkali-kali dia pimpin. Kiprahnya yang demikian panjang hingga kawakan di telekomunikasi berhasil menarik perhatian pemerintah. Dua kali ia menerima penghargaan dan dipercaya menjadi Komisari PT Telkom.

Kedaulatan Rakyat
Rahardjo sangat berharap Pemilu 2004 berhasil mengembalikan kedaulatan kepada rakyat, sesuai platform PSI. Sebab, menurutnya, PSI melihat rakyat saat ini sudah tidak berdaulat. Semua ditentukan partai tanpa rakyat bisa bicara apa-apa. Semua ditentukan oleh penguasa. MPR pun sudah dikebiri melalui amandemen padahal sebelumnya rakyat masih belum berdaulat melalui MPR. Sekarang kedaulatan rakyat itu kembali dikebiri melalui undang-undang yang dibuat DPR.

“Mestinya kedaulatan itu dikembalikan ke rakyat. Caranya gimana, bisa macam-macam. Menurut saya pemilu legislatif nggak mesti ada. Yang ada adalah pemilu memilih anggota MPR langsung, tidak melalui partai. Bagaimana mekanismenya, bisa dibikin. Duduklah di MPR 1.000 orang yang dipilih rakyat langsung. Dialah nanti yang akan melakukan pemilihan anggota DPR, eksekutif, dan yudikatif.”

Sasaran kedua, masih sesuai platform PSI, bangsa Indonesia mesti kembali ke kodrat sebagai bangsa agraria. Bangsa Indonesia telah diberikan Tuhan laut yang kaya, tanah yang subur, sumber alam yang melimpah, iklim yang bagus, sebaiknya harus membangun industri agro sebab 65 persen rakyat hidup di situ. Ia sangat berharap Indonesia bisa melalukan terobosan-terobosan ekonomi yang revolusioner. Dengan menjalankan industri agro pembukaan lapangan kerja bisa dilakukan, kemiskinan bisa diatasi, industri substitusi impor bisa tumbuh dengan sendirinya. Akumulasinya adalah untuk meningkatkan daya beli rakyat.

Jadi, konsep-konsep itulah yang didorong kepada Siswono yang kalau berkuasa nanti harus fokus kepada pembangunan agroindustri. Itu yang kita minta kepada dia karena di situlah rakyat miskin kita 65 persen berada.

Ia melihat untuk melakukan hentakan dan terobosan-terobosan ekonomi yang revolusioner itu perlu ada political will, political decision, dan political action pemerintah. “Ketiganya mesti ada, baru bisa jalan. Makanya pemerintah kalau nggak dipimpin oleh seorang entrepreneur nggak akan jalan,” kata Rahardjo yang merasa sangat heran Indonesia negara kepulauan tapi tiap tahun harus mengimpor garam satu juta ton/tahun. Indonesia penghasil buah yang baik namun di desa-desa dengan mudah bisa ditemukan peer dan apel impor.

Sesuai platform sebagai partai kader, apapun Pemilu 2004, berhasil atau tidak meloloskan PSI dari batasan electoral threshold, Rahardjo sudah menyiapkan konsep membangun partai lima tahun ke depan. Pendidikan kader adalah kunci keberhasilan PSI ke depan. Rahardjo sudah akan menciptakan sistem manajemen kepartaian yang baku yang tidak tergantung kepada figur pemimpin.

Siapa pun yang memimpin PSI jika sistemnya sudah jalan tidak akan menggoyahkan perahu partai. Sama seperti partai LDP di Jepang yang terkadang setiap tiga bulan sekali bisa berganti ketua umum karena berbagai tuduhan. Tapi partai LDP tetap jalan smooth. “Ini, harus kita ciptakan. Karena itu perlu kaderisasi agar kader PSI bisa militan yang kalau otaknya dipecah isinya PSI, kasarnya begitu.”

Selain menciptakan manajemen kepartaian yang baku, ia juga sudah menyiapkan konsep sistem ekonomi partai melalui koperasi sehingga setiap daerah DPC bisa membiayai dirinya sendiri tanpa droping-droping-an dari pusat. “Insya Allah, PSI ini akan menjadi partai yang modern. Kita nggak bisa mengandalkan iuran anggota partai, omong kosong itu. Dalam 10 tahun ke depan iuran nggak bisa diharapkan selama rakyat masih miskin dan belum cerdas.”

Walau umur sudah melebihi 61 tahun namun sepintas raut muka Rahardjo tampak jauh lebih muda dari usia yang sesungguhnya. Laksana baru memasuki usia kepala lima saja. Dia ternyata punya resep tersendiri untuk hal itu. Yaitu, selalu santai dan tidak pernah ngoyo dalam menghadapi setiap masalah. Apapun yang dikerjakan harus dengan ikhlas. Membantu teman pun harus ikhlas jangan mengharapkan sesuatu balikannya. Termasuk menghadapi masa-masa perhitungan suara hasil pemilu legislatif, ia tampak tidak ngoyo atau berusaha mempengaruhi hasil perhitungan suara yang menggunakan teknologi informasi. Ia menyebutkan, setelah berusaha maksimum PSI mau nomor berapa perolehan suara atau dapat kursi berapa di parlemen, itu terserah saja sudah tidak bisa diapa-apain melainkan sudah urusan Tuhan.

Ia kini hidup bahagia bersama istri dan lima orang anak, terdiri empat perempuan satu laki-laki. Tiga anak pertama sudah menikah dan memberinya sejumlah cucu. Sebelum resmi terjun ke dunia politik adalah istrinya yang pertama kali dia mintakan pendapat tentang kemungkinan kiprah barunya itu. Dia menjelaskan segala konsekuensi pilihan itu, seperti pengorbanan akan uang, tenaga, dan waktu yang pasti akan tercurah ke partai.

“Kalau memang sudah harus begitu, kenapa nggak, ambil saja,” sikap istrinya mendukung Rahardjo. Dukungan istri itu semakin nyata. Sang Isteri ikut mendampingi Rahardjo dua bulan penuh berkunjung ke daerah-daerah bahkan ikut berkampanye.
Ia membiasakan diri, apapun yang dikerjakan, harus lebih dahulu memperoleh dukungan dari keluarga terutama istri. Sebab jika tidak direstui, misalnya, akan selalu muncul rasa tidak enak di hati.

Rahardjo menyebut adalah biasa dalam rumah tangga muncul ribut-ribut. Jika itu timbul maka ia pasti akan berusaha menyelesaikan masalah itu sesegera mungkin tanpa menunggu esok pagi. Jika hingga malam, atau subuh masalah itu belum terselesaikan, maka ia lebih memilih diam di rumah tidak berangkat ke kantor. “Kalau sudah selesai, saya ke kantor diantar ke depan pintu, nah, itu baru enak. Kalau keluar kita nggak ngomong sama istri waktu ngerasain di kantor nggak enak, saya itu gitu. Jadi saya harus selesaikan dulu. Selesai udah, damai kita, dada-dadaan deh, ke kantor, baru kita enak,” ujarnya.
© updated 17042004 ►e-ti/ht

Nama: H. Rahardjo Tjakraningrat
Lahir: Jombang, 12 Februari 1943
Agama: Islam
Istri: Sobah Murad
Anak: 5 (Lima) orang
Pendidikan: Tahun 1966 Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FH-UI), Jakarta
Pekerjaan:
2000-2002: Komisaris PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk
1996-2000: Komisaris PT Multi Eka Karma
1995-2000: Direktur Utama PT Telesarana Adi Prima
1992-1995: Direktur Keuangan PT BELTDC
1986-1991: Direktur Komersil PT Rajasa Hazanah Perkasa
1979-1985: Direktur Utama PT Prasetia
1976-1978: Direktur Utama PT Erexta Commercial Development
1970-1975: Direktur Operasi PT NASIO
1967-1969: General Manager PT Lambreta Service
Organisasi:
2002-sekarang: Ketua Umum Partai Sarikat Indonesia (PSI)
2002: Ketua Umum Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII)
2001-sekarang: Ketua Umum Apnatel (Asosiasi Perusahaan Nasional Telekomunikasi)
2000-2002: Presidium Mastel (Masyarakat Telematika)
1998-2001: Ketua Umum Apnatel
1997-2000: Ketua Bidang Organisasi Mastel
1995-1998: Ketua Umum Apnatel
1994-1997: Ketua Bidang Organisasi Mastel
1993-1995: Pjs Ketua Umum Apnatel Pusat
1992-1995: Ketua Apnatel Pusat Bidang Organisasi
1989-1992: Ketua Apnatel Pusat Bidang Organisasi
1986-1989: Ketua Apnatel Daerah Khusus Ibukota Jakarta

Penghargaan:
1. Tahun 1999: Penghargaan Top Eksekutif dan Pengusaha Indonesia dari Pusat Profil dan Bisnis Indonesia
2. Tahun 1998: Penghargaan sebagai Eksekutif Indonesia Berprestasi dari Nirwana Indonesia.
3. Tahun 1997: Penghargaan Adikarya Pembangunan Bidang Telekomunikasi dari Pemerintah Republik Indonesia atas nama pribadi Rahardjo Tjakraningrat.
4. Tahun 1996: Penghargaan Adikarya Pembangunan Bidang Telekomunikasi dari Pemerintah Republik Indonesia atas nama Asosiasi Perusahaan Nasional Telekomunikasi (Apnatel).

Alamat:
Jl.Ampera Raya No. 65 Cilandak, Jakarta Selatan Telp: (021) 78847138, Fax: (021) 7800106.

Nama Parpol : Partai Sarikat Indonesia
Alamat : Perum Batumas Candra Asri Blok E4 - 04 Tawangrejo, Pandaan
Telp. (0343) - 638676/441792 / HP.08155005616 Susunan Pengurus : - Soetrisno (Ketua)
- Mamat Aryo Setiawan (Sekretaris)
- Soecipto (Bendahara)
SK : Nomor : 005/SK/DPP/C-31/V/2003 Periode : 2003 - 2008
Ketua Umum DPP : Rahardjo Tjakraningrat

[+/-] Selengkapnya...

 

Yang Lagi ON

online counter

Huruf