POLITIK ITU KOTOR ??


Entah sejak kapan asumsi bahwa politik itu kotor menjadi kesimpulan khalayak masyarakat kita. Namun kalimat ini tidak muncul serta merta bila tak ada sebab yang mengawalinya. Yang pasti akibat polah anggota dewan selama ini telah memberikan citra buruk kepada lembaga yang sangat terhormat ini. Dan citra buruk DPR sebagai sebuah rumah politikus pun identik dengan korupsi, asusila, selebritis dan juga sebuah tempat untuk menumpuk kekayaan tanpa kerja keras tak terelakkan, bila kita melihat banyaknya anggota dewan yang bermasalah. Hal ini sudah barang tentu merupakan hal yang melenceng dari pengertian Aristoteles tentang makna politik yaitu politik adalah seni mulia untuk mengelola kehidupan kolektif untuk kemaslahatan bersama.

Perubahan makna menjadi bergeser tatkala kursi terhormat itu ditempati oleh politikus yang rakus dan haus dengan kekuasaan serta bergaya selebritis, sehingga politik bukan lagi seni untuk mengelola kehidupan secara kolektif demi kemaslahatan rakyat akan tetapi menjadi seni memimpin dengan jalan menipu rakyat dan kepentingan rakyat dikalahkan oleh kepentingan pribadi, golongan dan partai.


Kini masyarakat memiliki peluang untuk menempatkan para calon legislatif secara langsung, oleh karenanya kritisi para caleg yang ada di wilayah masing-masing dengan cara kenali perilaku, masa lalu, bagaimana sang caleg dalam mengelola sebuah negara terkecil yakni keluarga, apakah anak-anaknya terdidik secara baik? bagaimana keberadaanya di tengah-tengah lingkungannya? dan masih banyak hal penilaian yang dapat diarahkan kepada para caleg di wilayah masing-masing, sebelum menentukan dan menjatuhkan pilihannya.

Masyarakat sudah saatnya untuk tidak tergiur oleh buaian materi sang caleg, memang benar bahwa untuk duduk di kursi dewan membutuhkan dana, akan tetapi bila dilakukan berlebihan, maka yang akan terjadi ketika mereka duduk di kursi dewan langkah pertama yang akan dilakukan adalah bagaimana cara mengembalikan dana yang telah dikeluarkan.

Bila kita ingin membangun legislatif yang bersih, maka saatnya sekarang kita memilih wakil yang memiliki perilaku baik, agamis, nasionalis, akademis dan menempatkan kepentingan umum di atas segalanya., tanpa memandang suku, warna kulit, keyakinan dan agama. Dengan pemilihan secara langsung dan penghitungan yang didasarkan suara terbanyak, maka rakyat kini memiliki otoritas luas untuk menentukan semua ini.

Dan kemenangan kandidat legislatif dengan kendaraan politik apapun dia, haruslah memaknai dan memahaminya serta menempatkan rakyat sebagai subyek bukan sebagai obyek. Oleh karenanya, dalam menjalankan amanah kemenangannya kelak, sudah sepatutnya memperlakukan seluruh rakyat sebagai subyek yang senantiasa didengar keinginan demi kemajuan masyarakat yang telah mempercayakan untuk diwakilinya di lembaga yang terhormat itu.

Begitu duduk di kursi dewan, maka sang legislator adalah milik semua golongan, selanjutnya dia musti melucuti seluruh warna partainya dan saatnya menghentikan loyalitas yang berlebihan terhadap partai. Bukankah kepentingan masyarakat di atas kepentingan golongan dan pribadi? Dan nampaknya pendapat Kennedy dan Soekarno, yang mengatakan bahwa "Loyalitas kepada partai berakhir ketika loyalitas kepada bangsa dan negara dimulai" perlu diaplikasikan secara nyata. Partai politik memiliki tugas mulia lain yakni mengkritisi dengan melakukan kontrol agar kadernya tetap konsisten dan senantiasa menjaga komitmen untuk memperjuangkan hak-hak rakyat yang telah memilihnya.

Tidak ringan memang beban yang diemban oleh para anggota dewan, karena kelak dia menjadi panutan bagi masyarakat saat melakoni kehidupan di dunia, dan kelak harus mampu mempertanggungjawabkan atas kepemimpinannya saat nanti menghadapi alam akhirat!




[+/-] Selengkapnya...

Demontrasi untuk Palestina



Hari kamis kemarin, di kota bondowoso, telah dilakukan demontrasi menentang agresi milter oleh teroris internasionala (israel). Demontrasi diikuti oleh anak-anak Sekolah Dasar yang menuntut pembebasan Palestina dari Zionis Israel.
Mereka menyuarkan Kebebasan Pendidikan untuk anak-anak Palestina yang sekarang teraniaya.




[+/-] Selengkapnya...

SAHABAT BLOGER YANG SETIA


Ketika membuka blogsaya ini saya mendapatkan banyak pesan dari sahabat-sahabat bloger yang intinya memberi respon terhadap penyakit ayah saya (Diabetes). Yang ingin saya tulis disini adalah betapa cepat dan bermanfaatnya hubungan komunitas bloger, tidak hanya untuk bisnis, komunikasi ataupun berbagi, namun komuninas (baru-bagi saya) ini telah menjadi sebuah keluaraga yang dapat memberikan perhatian dan dukungan secara pribadi bagi saya/keluarga.
Ok selamat pagi dunia baruku!!, selamat pagi Bloger I Love You!!!, terima kasih banyak dukungan kalian, senang bergabung dengan anda semua!!!!

Lawan Kencing Manis dengan Buncis



PENYAKIT kencing manis atau bahasa keren-nya diabetes melitus banyak
diidap orang Indonesia.. Seorang penderita diabetes melitus memiliki
kadar gula dalam darah yang tinggi sehingga si penderita harus hati-hati
dalam menerapkan pola makan. Dokter pun sering menganjurkan agar
penderita disiplin dalam mengonsumsi obat, berdiet, dan melakukan olah
raga, serta menjauhi stres. Banyak memang obat yang beredar di pasaran
untuk mengobati diabetes tersebut, namun sering harganya mahal karena
bahan-bahannya haruslah diimpor. Bagaimana mau menjauhi stres jika untuk
membeli obat yang harganya selangit saja susah.

Beruntung, kini telah ditemukan obat yang murah meriah dan dapat
diperoleh dengan mudah. Di pasar-pasar tradisional yang becek ketika
hujan dan penuh debu saat musim kemarau, "obat" ini bisa dengan mudah
didapatkan. Di supermarket-supermarket pun ada, tapi kalau mau lebih
murah memang lebih baik memilih di pasar tradisional. Kalau malas
bepergian, kita cukup menunggu tukang sayur yang lewat depan rumah.

Lalu "obat" apa yang murah meriah itu?

Buncis. Ya, tepat. Tanaman yang buahnya mirip kacang panjang, tapi lebih
pendek dan gemuk itu ternyata mampu mengobati penyakit diabetes melitus.
Hal tersebut terungkap dalam disertasi Yayuk Andayani, yang telah
mempresentasikan penelitiannya berjudul "Mekanisme Aktivitas
Antihiperglikemik Ekstrak Buncis pada Tikus Diabetes dan Identifikasi
Komponen Aktif" untuk memperoleh gelar doktor di kampus Institut
Pertanian Bogor (IPB) Darmaga, beberapa waktu lalu.

Dalam penelitiannya, Yayuk menggunakan tikus putih sebagai binatang
percobaan. Tikus putih berusia tiga bulan itu oleh Yayuk diberi perlakuan
induksi diabetes. Artinya, "dengan sengaja" si tikus putih dibuat
mengidap diabetes melitus. Sebelum diinjeksi dengan diabetes, tikus
tersebut telah diberi

ekstrak buncis. Ternyata dalam waktu 30 menit setelah "dengan sengaja"
dibuat menderita diabetes, tekanan gula darah tikus-tikus percobaan
kembali normal, tanpa mengalami penurunan pada tingkat hipoglikemik (di
bawah kadar gula normal-red.).

Timbul pertanyaan, apa sih "kesaktian" buncis sehingga hanya dalam waktu
setengah jam bisa menurunkan kadar gula dalam darah hingga batas normal.

Berdasar analisis Yayuk, di dalam buncis terkandung zat yang dinamakan
B-sitosterol dan stigmasterol. Kedua zat inilah yang mampu meningkatkan
produksi insulin.

Insulin adalah suatu hormon yang dihasilkan secara alamiah oleh tubuh
kita dari organ tubuh yang dinamakan pankreas. Insulin berfungsi untuk
menurunkan kadar gula dalam darah. Seseorang mengalami diabetes melitus
bila pankreas hanya sedikit menghasilkan insulin atau tidak mampu
memproduksi sama sekali.

Ternyata dua zat tadi mampu merangsang pankreas untuk meningkatkan
produksi insulinnya.

Selain dua zat tadi, Yayuk memperoleh data bahwa dari 100 gram ekstrak
buncis terkandung karbohidrat 7,81 persen, lemak 0,28 persen, protein
1,77 persen, serat kasar 2,07 persen, dan kadar abu 0,32 persen.

Bagi dunia kedokteran dan farmasi, penemuan Yayuk ini tentu bisa
dijadikan referensi untuk membuat obat diabetes dengan mengekstrak
buncis. Tentunya banyak keuntungan yang diperoleh, terutama bagi
masyarakat, karena obat diabetes akan lebih murah dan mudah didapat
dengan banyaknya bahan yang tersedia.

Bagi masyarakat, terobosan Yayuk itu bisa melegakan hati banyak orang
pengidap diabetes melitus, khususnya mereka dari kalangan tidak mampu.
Cukup membeli sayur buncis dan memakannya secara teratur, kadar gula
dalam darah bisa turun.

Pengolahannya pun tidak sembarangan. Manfaat buncis lebih terasa bila
dimakan sebagai lalapan. Kalau dimasak dalam bentuk oseng-oseng, dengan
tambahan daging,tentunya sama saja.

Berbahagialah mereka yang kerap makan lalapan buncis. Ternyata selain
manis, buncis juga bisa mencegah dan menghilangkan penyakit kencing
manis. Mau coba?

http://www.avg.or.id



[+/-] Selengkapnya...

Kecerdasan Scholastic vs Kecerdasan Emosional



Berikut tulisan seorang teman yang tidak mau dicantumkan namanya,… sebut saja nama beliau si anon… karena minta ditulis anonim saja… (katanya)

Tahukah anda, apa yang paling dibanggakan orang tua dari anak-anaknya? Boleh
jadi adalah kecerdasan scholastic, seperti matematika, bahasa, menggambar
(visual), musik (musical), dan olahraga (kinestetik). Tetapi, pernahkah kita
membanggakan jika anak kita memiliki kecerdasan moral, kecerdasan
intrapersonal, atau kecerdasan interpersonal? Rasanya jarang, sebab ketiga
kecerdasan yang terakhir hampir pasti uncountable! Tidak bisa dihitung, dan
sayang sekali tidak ada pontennya (nilainya) di sekolah, karena di sekolah
hanya memberikan penilaian kuantitatif.


Ada sebuah cerita tentang seorang anak, sebut saja namanya Devi (6,5tahun),
kelas I SD. Ia memiliki banyak sekali teman. Dan ia pun tidak bermasalah
harus berganti teman duduk di sekolahnya. Ia juga bergaul dengan siapa saja
dilingkungan rumahnya. Ada satu hal yang menarik saat ia bercerita tentang
teman-temannya.

“Bu, Anton pinter sekali lho, Bu…! Pinter Matematika, Bahasa Indonesia,
Menggambar.. . pokoknya pinter sekali…!” katanya santai. “Vivi juga pintar
sekali menggambar, gambarnya bagus… sekali! Kalau si Prasetyo Budi
hafalannya
banyaaak… sekali!” Ya memang Devi senang sekali membanggakan
teman-temannya. Ketika mendengar celoteh anaknya ibunya tersenyum dan
bertanya… “Kalau mbak Devi pinter apa?” Ia menjawab dengan cengiran
khasnya,” Hehehe… kalau aku, sih, biasa-biasa saja”. Jawaban itu mungkin
akan sangat biasa bagi anda, tetapi ibunya tertegun, karena pada dasarnya
Devi memang demikian. Ia biasa-biasa saja untuk ukuran prestasi scholastic.

Tapi coba kita dengarkan apa cerita gurunya…
Bahwa Devi sering diminta bantuannya untuk membimbing temannya yang sangat
lamban mengerjakan tugas sekolah, mendamaikan temannya yang bertengkar.
Bahkan ketika dua orang adiknya, Selvie (4,5 tahun ) dan Wahyu Susanti
(2,5 tahun)
berrtengkar. Devi langsung turun tangan. “Sudah..! sudah,Dek! sama saudara
tidak boleh bertengkar, Hayo tadi siapa yang mulai?” Adiknya saling
tunjuk.”Hayo, jujur… Jujur itu disayang Allah..! Sekarang salaman ya…
saling memaafkan”. Pun ketika suatu hari ia melihat baju-baju bagus di toko,
dengarlah komentarnya! “Wah bajunya bagus-bagus ya Bu? Aku sebenarnya
pengin, tapi bajuku dirumah masih bagus-bagus, nanti saja kalau sudah jelek
dan Ibu sudah punya rezeki,aku minta dibelikan …” Ibunya pun tak kuasa
menahan air matanya, Subhanallah. .. anak sekecil itu sudah bisa menunda
keinginan, sebagai salah satu ciri kecerdasan emosional.

Saya sebenarnya ingin berbagi cerita tentang ini kepada anda, karena betapa
banyak dari kita yang mengabaikan kecerdasan-kecerdasan emosional seperti
itu. Padahal kita tahu dalam setiap tes penerimaan pegawai, yang lebih
banyak diterima adalah orang yang mempunyai kecerdasan emosional.
Walaupun dari sisi kecerdasan scholastic adalah BIASA-BIASA SAJA.

Kadang kita merasa rendah diri manakala anak kita tidak mencapai ranking
sepuluh besar disekolah. Tetapi herannya, kita tidak rendah diri manakala
anak-anak kita tumbuh menjadi pribadi yang egois, mau menang sendiri,
sombong, suka menipu atau tidak biasa bergaul.

Maka ketika Devi mengatakan “AKU BIASA-BIASA SAJA”, maka saat itu ibunya
menjawab “Alhamdulillah, mbak Devi suka menolong teman-teman, tidak sombong,
mau bergaul dengan siapa saja. Itu adalah kelebihan mbak Devi, diteruskan
dan disyukuri ya..?” Ya… ibunya ingin mensupport dan memberikan reward
yang positif bagi Devi.

Karena kita tahu anak-anak kita adalah amanah dan suatu saat amanah itu akan
diambil dan ditanyakan bagaimana kita menjaga amanah.
Sebagaimana doa kita setiap hari agar anak-anak menjadi penyejuk mata dan
hati.
Sudahkah kita mencoba untuk menggali potensi-potensi kecerdasan emosional
anak-anak kita? Kalau belum mulailah dari diri kita, saat ini juga.
(defrimardinsyah)


[+/-] Selengkapnya...

CAPRES ALTERNATIF AKAN MENANG DALAM PEMILU 2009


Belakang ini banyak lembaga survey yang melakukan penelitian atas pilihan rakyat pada pemilu 2009, terutama pemilihan figur calon presiden dan wakil presiden. Kalau dilihat dari nama-nama yang muncul, tokoh yang mencuat namanya masihlah tokoh-tokoh lama yang sudah pernah bertarung dalam pemilihan presiden sebelumnya. Nama SBY dan Megawati masih merupakan figur yang banyak dipilih oleh rakyat melalui survey yang dilakukan.

Terlepas dari valid atau tidaknya hasil survey yang dilakukan, masih tergambarkan bahwa bangsa ini seperti kekurangan figur untuk dipilih sebagai pemimpin tertinggi dinegeri ini. Kejadian seperti ini biasa, disebuah negeri yang masih belajar dalam hal demokrasi. Sebagai negara yang telah berada dalam sebuah rezim yang berkuasa cukup lama, memang kemunculan sebuah figur alternatif menjadi sebuah hal yang banyak ditentang dan diremehkan. SBY juga mengalami hal yang sama pada saat pemilu 2004. Sebagai tokoh yang berasal dari tentara, dengan didukung oleh partai demokrat, sebuah partai baru bentukkan, SBY dianggap sebelah mata oleh lawan-lawan politiknya saat itu.


Partai Golongan karya yang telah memiliki jam terbang yang paling tinggi diantara partai yang ada, pada pemilu 2004 sangat optimis untuk memenangkan hasil pemilu legislatif. Tentu saja hal ini dijadikan sebagai dasar juga untuk memprediksi pemilihan presiden. Wiranto yang merupakan tokoh partai golongan karya yang memenangkan konvesi di partai golongan karya ternyata akhirnya harus menyerah, kalah dari pasangan SBY-JK.

Tentu saja kekalahan Wiranto tersebut tidak terlepas dari pasangan yang dijadikan calon wakil presidennya. Dan tentu saja faktor pembelotan dari para kader-kader Partai Golongan karya, terutama yang memiliki dana cukup besar, untuk bergabung dengan JK yang saat itu dipasangkan dengan SBY.

Pemilu 2004, sebagai sebuah pemilu pertama dimana rakyat langsung memilih presiden dan wakil presiden, ternyata berlangsung dengan lancar tanpa ada gangguan yang berarti. SBY-JK yang tadinya dianggap sebelah mata ternyata berhasil memenangkannya. Kejadian ini dapat dijadikan sebagai sebuah cerminan, untuk memprediksi hasil pemilu 2009 nantinya. Yang menjadi masalah adalah setelah belajar dari hasil pemilu 2004, banyak elit-elit yang ada dinegeri ini, merasa tertantang untuk maju menjadi capres dan cawapres. Kemunculan SBY-JK sebagai pemenang dalam pemilu 2004, menggugah tokoh-tokoh yang merasa memiliki kemampuan yang sama atau bahkan merasa lebih tinggi kemampuannya dari SBY, untuk turut serta, turun gelanggang dalam pemilihan presiden 2009.

Cara-cara yang dilakukan SBY pada pemilu 2004 diikuti oleh para tokoh kandidat-kandidat presiden tersebut, Yaitu mendirikan partai-partai baru, untuk memuluskan pencalonan dan mendukung dirinya dalam pemilihan presiden tersebut. Diantaranya adalah Wiranto dengan partai Hanura, Prabowo dengan Gerindra, Soetiyoso dengan Partai Indonesia Sejahtera (PIS). Selain tokoh-tokoh yang mengendarai partai politik baru tersebut, SBY dengan Demokrat, Megawati dengan PDI P, dan tentu saja PKS yang merasa optimis untuk meraih angka 20 % pada pemilu legislatif, merasa perlu untuk mengusung calon dari kader partainya sendiri.

Belum lama, muncul juga nama Sri Sultan dan Dien Syamsudin dicalonkan oleh Partai Matahari Bangsa (PMB), untuk ikut dalam percaturan pemilihan presiden. Dengan kendaraan partai yang masih dianggap tidak memiliki kesempatan untuk memperoleh suara mencapai 20%, menyebabkan para tokoh-tokoh yang baru muncul ini juga mengalami kondisi yang sama dengan yang dialami SBY pada pemilihan presiden pada tahun 2004. Akankah mereka dapat terpilih, dan mendapatkan hidayah, seperti yang diterima oleh SBY ?

Walaupun SBY kemungkinan besar akan maju kembali bersama dengan JK, dengan dukungan dari partai demokrat dan Partai Golongan karya, tetapi secara rasional dapat diprediksi bahwa hasil peroleh suara yang akan didapat oleh keduanya tidak akan seperti hasil pemilu 2004. Selain kondisinya berbeda, prestasi kinerja dari pemerintahan SBY tidaklah seperti yang digembar-gemborkan oleh kalangan pendukungnya dipemerintahan. Rakyat kecil merasakan banyaknya kejanggalan-kejanggalan dari kebijaksanaan yang dilakukan pemerintah SBY JK. Mulai dari konversi minyak tanah menjadi LPG, yang menyebabkan kelangkaan yang akhirnya menimbulkan masalah didalam masyarakat. Belum lagi penurunan harga BBM yang tidak proporsional dengan penurunan harga BBM internasional dan tentu masih banyak isu-isu lain yang akan diangkat oleh lawan politiknya untuk menurunkan citra SBY-JK. Dengan mengusung isu pemberantasan korupsi, dengan merelakan Aulia pohan untuk dijadikan tersangka, tidak memberikan peningkatan citra yang signifikan. Karena kesan tebang pilih dalam pemberantasan korupsi masih dirasakan senyatanya. Masih banyak tokoh-tokoh yang ada didalam pemerintahan yang dicurigai terlibat dalam kasus korupsi, tetapi sampai saat ini belum tersentuh. Dan kesalahan yang paling fatal dilakukannya oleh Partai Demokrat adalah memasang Anar Urbaningrum yang dulu pernah disangka terlibat dalam kasus korupsi yang terjadi di Komisi Pemilihan umum, menjadi salah satu bintang iklan partai demokrat dalam rangka memperingati hari anti korupsi. Walaupun Anas tidak menjadi tersangka, tetapi citranya sebagai tokoh yang diselamatkan oleh SBY masih menjadi sesuatu yang tertanam didalam pikiran banyak rakyat Indonesia. Sehingga citra tebang pilih dalam pemberantasan korupsi kembali menguat.

Selain itu perpecahan didalam Partai Golongan Karya, dipastikan akan menurunkan perolehan suara partai tersebut, baik didalam pemilihan legislatif maupun dipemilihan presiden. Mungkin ini juga yang dikuatirkan oleh para elit partai ini, sehingga menunda penetapan capres dari partai ini. Tetapi sudah dapat diduga bahwa partai ini akan tetap mendukung pasangan SBY-JK didalam pemilihan presiden 2009, kecuali JK memutuskan sendiri untuk tidak maju dalam pilpres tersebut.

Bagaimana dengan Megawati ?

Kemungkinan menang tokoh PDI P ini sangatlah tipis, walaupun dari banyak survey menunjukan perolehan suaranya bersaing ketat dengan SBY. Apa dasarnya argumentasi tersebut ? sangatlah rasional yaitu kinerjai Megawati pada saat melanjutkan pemerintahan GUS DUR, tidaklah dapat dianggap sebagai prestasi yang baik. Kebijaksanaan dibidang ekonomi yang menyebabkan terjualnya banyak aset negara kepihak asing, maupun kasus tangguh dipastikan akan menyebabkan rakyat berpikir dua kali untuk memilih Megawati, kecuali kader-kader PDI P yang militan saja yang akan setia untuk memilihnya.

Kekuatan PKS juga harus diperhitungkan. Karena suara partai ini selalu meningkat dari pemilu ke pemilu. Walaupun kasus iklan politik yang memberikan kesan bahwa PKS lebih orde baru dari partai golongan karya ataupun partai penjelmaan kekuatan orde baru lainnya. Tetapi,masih ada waktu bagi PKS untuk memperbaiki langkah yang salah jalan itu. Pembatalan pemberian PKS Award kepada putri Soeharto, merupakan koreksi dari kesalahan yang dilakukan tadi. Calon yang akan diusung PKS kemungkinan besar adalah Hidayat Nur wahid. Tetapi tidak menutup kemungkinan kalau tifatul sembiring menggantikannya sebagai calon presiden dari PKS.

Tokoh yang patut diperhitungkan adalah Prabowo dengan partai Gerindranya. Walaupun termasuk sebagai newcomer, tetapi konsep kampanye yang dilakukan oleh Prabowo bersama Gerindra seperti memberikan jawaban dari pertanyaan dari permasalahan bangsa yang ada saat ini. Walaupun ada banyak opini yang mengkritik prabowo dengan pengungkapan posisinya diwaktu zaman orde baru, yang berhubungan dengan kerusuhan dan kejadian-kejadian dimasa pemerintahan rezim orde baru, tetapi langkah-langkah yang dilakukan menaikan citranya sebagai calon capres 2009.

Yang masih mengganjal adalah undang-undang pilpres yang menetapkan syarat minimal suara yang dibutuhkan untuk mengusung seorang capres, yang saat ini sedang diajukan uji undang-undang di Makamah konstitusi. Walaupun citra Prabowo, dapat menjadi dongkrak suara bagi partai gerindra, tetapi jika berasumsi dengan batas minimal 20 % dari suara di pemilu legislatif, merupakan tantangan yang berat bagi gerindra. Jalan keluarnya adalah koalisi dengan partai-partai peserta pemilu lainnya. (Siapa yah yang mau bergabung untuk mendukung Prabowo,… ditunggu ..)

Wiranto termasuk kekuatan yang perlu diperhitungkan. Walaupun kalah dari SBY pada pemilu 2004, tetapi dengan dukungan partai hanura yang merupakan gabungan dari kekuatan dari tokoh-tokoh beberapa partai yang bersinergi, untuk memenangkan kekuasaan dinegara ini. Yang perlu diperhatikan, Wiranto harus lebih berusaha lebih baik lagi, karena saat ini wiranto seperti setengah hati dalam turun gelanggang. Mungkin hal ini disebabkan oleh kekhawatiran diungkitnya isu peradilan HAM oleh lawan politiknya.

Jika pasal undang-undang pilpres yang menjadi halangan dari beberapa tokoh untuk maju sebagai calon presiden dapat dibatalkan oleh makamah konstitusi, kemungkinan besar akan lebih banyak lagi calon-calon presiden dan wakil presiden yang akan maju, baik melalui jalur independen ataupun lewat dukungan partai-partai lain yang belum mengusung capres yang sudah ada.

Kita tunggu saja perkembangan dari uji undang-undang tersebut, dan tentu saja tokoh-tokoh lain yang akan maju menjadi capres dan cawapres. Mudah-mudahan, ada tokoh-tokoh lain yang akan maju diluar tokoh yang ada, sehingga rakyat dapat memilih capres yang paling baik diantara tokoh-tokoh terbaik dari bangsa ini.


disadur dari http://defrimardinsyah.wordpress.com/

[+/-] Selengkapnya...

 

Yang Lagi ON

online counter

Huruf